Mungkin judul di atas terlalu bombastis. Tetapi, mencermati sejumlah kejadian di tanah air, utamanya di Jabodetabek, telah terjadi sejumlah kecelakaan akibat meledaknya tabung gas konsumsi rumah tangga; dari yang terluka ringan ataupun sekedar kerugian material hingga korban luka bakar berat bahkan hingga merenggut jiwa. Belum lagi bila ledakan terjadi di pemukiman padat maka efek kerugian materil akan dirasakan pula oleh tetangga atau masyarakat sekitar akibat rembetan kebakaran. Dengan kondisi iklim yang menuju musim kemarau dengan diiringi hembusan angin yang kering maka peristiwa kebakaran akan menjadi lebih liar lagi karena pergerakan api yang cepat dan bervolume besar.
Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah telah terjadi fault dalam design dan produksi tabung? Atau, apakah tidak cukup informasi yang diberikan kepada masyarakat mengenai tindakan yang aman dalam penggunaan tabung gas?
Sejak dicanangkan oleh pemerintah tiga tahun terakhir sebagai upaya menekan subsidi minyak tanah, pemakaian gas di masyarakat meningkat dengan cepat. Masyarakat semakin akrab dengan tabung kecil ukuran 3kg warna kuning yang tiba-tiba melesat populer melebihi para Idol. Dari rumah-tangga hingga pedagan kaki lima saat ini telah menggunakan ’si kuning’ itu dalam aktivitas masak memasak. Walaupun saat awalnya rakyat jelata enggan menggunakan gas karena katanya tidak ekonomis, tetapi ketiadaan minyak tanah di pasaran Jabodetabek telah memaksa mereka untuk akhirnya menerima ’si kuning’. Bahkan, para orang kaya pun tidak segan segan menggunakan ’si kuning’ ini karena memang harganya lebih murah ketimbang ’si biru’ tabung 12kg sebagai bagian subsidi pemerintah.
Hanya saja, pemahaman rakyat dalam memberlakukan ’si kuning’ secara aman sepertinya masih kurang; mungkin karena masa transisi atau terbiasa dengan kompor minyak tanah yang mudah dalam penggunaannya. Berbeda dengan kompor minyak tanah yang bila terjadi kesalahan prosedur atau kebakaran lebih mudah untuk menanganinya karena merupakan satu kesatuan, penanganan masalah di kompor gas harus ekstra hati hati karena antara kompor dengan tabung gas adalah tiga komponen terpisah tetapi satu; kompor dan selangnya, regulator, dan tabungnya. Maksudnya, problem di salah satunya harus diselesaikan dengan baik sebelum keduanya digunakan; rusak kompornya perbaiki dulu kompornya baru boleh disambungkan ke tabungnya begitu pula bila yang rusak regulatornya, atau tabungnya. Dan sudah menjadi suatu hal yang lumrah bahwa suatu kejadian tidak lah berdiri sendiri. Ada urutan kejadian sebelumnya yang dapat menimbulkan kejadian lebih besar. Jadi dimana masalahnya?
Hingga saat ini, Pertamina sebagai yang punya gawe menyatakan bahwa kesalahan terletak pada kostumer yang tidak melakukan standard prosedur operasi yang benar. Tetapi, hal itu mungkin masih sulit dipahami karena sepertinya belum pernah terdengar penyelidikan yang menyeluruh mengenai apa yang terjadi dari pihak Pertamina. Akan lebih baik bila pihak surveyor dilibatkan untuk dilakukan uji sampel dari hilir hingga hulu karena sejumlah masukkan dari masyarakat menyatakan walau mereka sudah mengikuti cara yang dicontohkan tetapi tetap saja tabung meledak. Ada kekhawatiran bahkan menjurus kecurigaan bahwa tabung tabung tersebut dibuat di bawah standard demi mengejar target; dari material yang seadanya, proses pembuatan dan kalibrasi yang tidak terukur, hingga penguasaan teknik si pembuat yang disinyalir kebanyakan usaha kecil dan menengah.
Belum lagi dalam proses distribusi sering kita dengar terjadi usaha penyelewengan oleh sejumlah oknum agen, distributor, atau penjual yang mencoba mendapatkan uang lebih dengan mengoplos isi tabung yang selain melanggar aturan juga berbahaya. Berbahaya untuk si pengoplos secara langsung maupun bagi kustomer secara tidak langsung karena proses mengoplos biasanya akan ‘melukai’ bagian dari tabung sehingga integritas material terganggu sehingga menjadi tidak stabil.
Ketidak-stabilan tabung bisa juga terjadi sejak mulai proses distribusi ke kustomer karena penanganan yang tidak benar saat di naikkan dalam kendaraan distribusi. Penumpukan di kendaraan yang tidak benar akan membuat terjadinya gesekan logam saat terjadi getaran selama perjalanan. Gesekan yang berulang di lokasi yang sama akan dapat menyebabkan keausan dan menipiskan logam. Hal itu diperburuk dengan penempatan tabung-tabung yang terpapar panas matahari langsung saat dipajang di kios atau toko penjual. Mengingat ketebalan tabung yang jauh lebih tipis daripada tabung 12kg, maka penempatan langsung terpapar sinar matahari akan menyebabkan ekspansi gas karena tekanan yang meningkat akibat panas. Apalagi dua bulan belakangan ini keadaan cuaca sedikit lebih dari biasanya; panas terik dan kering dengan hembusan angin sedang. Jelas, ini harus menjadi perhatian karena menjadi sumber api yang ideal… panas (matahari) + gas + oksigen.
Jadi apa yang harus dilakukan?
Yang jelas kustomer tidak akan menunggu hasil penyelidikan atau audit atau survey atau apalah dari Pertamina karena para ibu harus masak dan itu hanya bisa dilakukan dengan adanya gas. Pun, menarik atau menghentikan produksi atau distribusi tabung 3kg bukanlah jalan atau opsi yang sehat bagi kehidupan ekonomi maupun politik negara. Kita hanya bisa menghimbau Pertamina atau siapa pun yang merasa bertanggung-jawab untuk itu guna lebih serius menindaklanjuti masalah ini.
Sementara, kepada pengguna tabung gas 3kg mungkin yang bisa dilakukan adalah mengambil langkah langkah preventif tambahan guna mengurangi resiko ledakan atau kebakaran sebagai berikut:
1. Cek kondisi tabung saat menukar langsung atau melewati layanan pesan-antar.
Pastikan tabung dalam keadaan bagus baik material (tidak ada jejak karat maupun kebocoran), pelapisan (tidak ada cat terkelupas), maupun segel kepala tabung dalam keadaan utuh (tidak ada bekas suntikan sebagai upaya oplosan dan lapisan gelang karetnya masih utuh). Gelang karet kecil ini fungsinya memberikan peganganm (grip) pada regulator dan mencegah kebocoran.
2. Tempatkan tabung pada tempat yang sejuk sebelum digunakan.
Pegang tabung dan rasakan apakah tabung terasa panas. Disarankan memiliki paling tidak satu atau dua tabung cadangan agar tabung dapat berotasi antara yang kosong, isi, dan yang baru datang. Seperti yang dituliskan di atas, setelah terpapar panas saat dipajang di toko atau kios, kita memberikan kesempatan kepada tabung untuk kembali pada kondisi normal. Bila tidak punya ekstra budget untuk tabung tambahan, maka disarankan untuk menunggu hingga suhu tabung menjadi normal.
3. Jangan tempatkan tabung dekat dengan kompor atau sumber panas lainnya.
Efek konveksi panas akan membuat gas dalam tabung berekspansi sehingga memperbesar tekanan dalam tabung. Bila tidak ada tempat lain maka lindungi dari panas dengan meletakkan lap lembab (dibasahi air) pada permukaan tabung saat memasak. Hal ini bisa pula dilakukan untuk tabung-tabung yang dijemur di toko. Tetapi, jangan sekali kali menyiram langsung tabung yang terpapar panas matahari itu dengan air karena perubahan temperatur mendadak pada metal tabung dapat menyebabkan ledakan.
4. Bila ingin lebih aman, sebelum digunakan masukkan tabung dalam ember berisi air untuk mengecek kebocoran tabung dan memastikan regulator terpasang dengan baik. Selain dapat mendinginkan tabung, bila terjadi kebocoran di regulator yang tidak diketahui maka dapat diredam oleh air. Pastikan mengecek ember air sebelum memasak untuk melihat adanya kebocoran yang ditandai dengan keluarnya gelembung udara. Pun bila terjadi ledakan maka efeknya telah diredam oleh air.
5. Mencopot-pasang regulator untuk keamanan justru dapat berakibat tidak aman karena gelang karet dapat robek sehingga kemampuan untuk meredam kebocoran menjadi berkurang bahkan hilang sama sekali. Dan terakhir…
6. Jangan mencoba memperbaiki sendiri tabung gas walaupun diperkirakan sudah tidak berisi lagi. Maksud tabung gas kosong adalah karena tekanan gas sudah tidak ada tapi bukan berarti tidak ada gas nya sama sekali dalam tabung itu. Kemungkinan ledakan atau kebarakan bisa saja terjadi.
Mudah-mudahan dengan langkah-langkah pengamanan ekstra di atas dapat membantu mengurangi kejadian ledakan tabung gas dan kegiatan masak memasak para ibu-ibu dapat kembali menyenangkan.
0 komentar:
Posting Komentar